Hujan… Malam ini hujan persis seperti tahun kemarin dan tahun-tahun sebelumnya. Yaah.. mau bagaimana lagi, mungkin takdir jika hari yang indah ini harus selalu diwarnai hujan. Tapi tenang saja, ada dia yang selalu siap melindungi, Dia? Dia itu aryo. Pacarku. Sudah beberapa tahun aku menjalin hubungan dengannya. Hari ini adalah hari spesial, karena sudah 5 hampir tahun aku menjadi kekasihnya. Namun kenapa aryo belum datang? Padahal sudah pukul 7, mungkin dia membeli hadiah dulu atau dia terjebak hujan? Tok.. tok.. tok.. Ada yang mengetuk pintu, siapa ya? “Masuk” oh ternyata bi minah. “Kenapa bi?” Bi minah terdiam sebentar “itu ibu menyuruh mbak dila makan”. “Nanti saja, saya masih menunggu aryo” bi minah tampak terkejut tp kemudian mengangguk “baik mbak dila”. Bagaimana sih? Ibu kan tau aku akan pergi makan dengan aryo, Malah menyuruh makan. Tepat pukul 20.00 Aryo belum juga muncul, Aryo kemana ya? Hape-nya juga tidak bisa dihubungi, sabar mungkin sebentar lagi. Sekarang tepat pukul 21.30 Aryo msh belum datang, aku benci hal ini. Ini hari spesial kita! Tp kenapa dia lupa. Aaarrgghh!! prang!!! Kulempar saja hp ditanganku ke arah cermin. Aku muak dengan aryo. Aku sudah bersiap sementra dia msh belum muncul! Aku singkirkan semua barang yang di mejaku lalu kulempar semuanya, Aryo sial!!! “Dila!” Itu ibu di pintu. Ada apa sih? Dia tidak tau betapa kesalnya aku hari ini. Dibelakang ibu ada ayah, kak dias dan kak dini. Tp apa aku peduli? Biarkan saja kurusak semua barang ini. “Dias pegang adikmu cepat” ka dias memelukku dari belakang, “Ah apa sih? Lepasin aku ka!” Kenapa sih mereka? Dasar menyebalkan! “Cukup dila! Cukup! Jangan seperti ini terus!” Ka dini kenapa sih bilang begitu? Ibu juga malah menangis, Mereka aneh! “Kenapa sih kalian menangis? Aku yg harusnya menangis! Aaaaa lepas aku ka dias! Lepaaas!” Aku makin meronta! Ka dias benar2 keterlaluan. Dia malah memelukku makin erat. “Dias bawa dia ke ruangan” apa? Kenapa ayah menyuruhku kesana? Aku benci ruangan itu, kosong dan sepi. “Tidak! Aku Tidak mau!” Tp ka dias tetap menyeretku. Ke ruangan yang ada di bawah dekat kamar ayah. Ruangan itu baru dibangun bbrpa taun yg lalu. Aku dimasukan kesana. Dan mereka menutup pintu berjeruji yg seperti penjara itu . “Ayah! Ibu! Buka pintunya ! Dila harus bertemu dengan aryo! Dila mohon!” “Cukup dila!” Ka dias malah menahanku. “Kenapa ka?! Dila mohon buka pintunya! Buka! Dila harus keluar! Aryo menunggu dila!” “Dila! Aryo sudah mati!” Ka dini? Kenapa dia bicara begitu ? Dia mendoakan aryo mati?! Keterlaluan! “Ka dini? Apa mksudnya ? Ka dini jahat! Mendoakan aryo seperti itu!” Ka dini malah menangis. Mungkin dia merasa berdosa. “Dila, kaka mohon. Aryo sudah pergi 2 tahun yg lalu. Kecelakaan pesawat itu kamu ingat? Kaka mohon lupakan semua. Kembalilah jadi dila yang dulu” “Ka dini gila! Apa maksd kaka? Ibu? Kaka kenapa? Dia jd gila seperti ini!” Ibu malah menangis juga. Ada apa dengan mereka? “Dila sayang jangan seperti ini, Ibu mohon, Aryo sudah tiada. Biarkan dia tenang.” Mereka gila! Gila! “Kalian gila! Aryo belum mati! Aryo msh hidup, dan ini hari jadi kita! Pergi! Kalian semua gila!” Aku menggigit kuku, Aku benci mereka. Biar saja mereka pergi. Bukannya meminta maaf Mereka malah menangis sambil memandangku lalu mereka pergi. Dasar tidak tahu malu! Aku tdak butuh dikasihani! “Aryo cepat datang aryo. Aku menunggumu. Kenapa kamu lupa hari ini? Aryo cepat datang kumohon” Hujan tolong berhenti agar aryo datang. Aryo cepat! Semua disini gila! Bawa aku pergi! Mereka gila! Tolong aku! Tolong aku aryo! Karya: bocah smash
0 comments:
Post a Comment