Dia memang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kasih ibu sepanjang masa, tak terhingga sepanjang masa. Ungkapan ini benar-benar nyata terjadi dalam setiap kehidupan manusia, tak bisa kita bayangkan bagaimana beliau mencurahkan seluruh jiwa raganya bagi buah hatinya, tak pernah mengeluh hatinya. Kasih ibu memang sebuah karunia yang sangat luar biasa bagi setiap anak manusia, kasih ibu bisa menjadi sumber kekuatan bagi sang anak, betapa tidak peran ibu untuk menjadikan para manusia baru sangatlah dibutuhkan, dari mulai dalam kandungan hingga dalam liang lahat.
Ini baru kasih dari seorang Ibu kepada anaknya, bagaimana dengan kasih Tuhan YME kepada makhluk ciptaanya? Zat pencipta semesta alam yang tak pernah bisa dibandingkan dengan apapun ini memiliki sumber kasih yang begitu menakjubkan, mencengangkan sekaligus mengharukan. "Tiada Tuhan Selain Allah", sebuah penggalan ayat Al-Quran ini memiliki berjuta makna sekaligus tanda-tanda ke-Esaan-Nya. Dia Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang bukan sekedar hisapan jempol semata, banyak bukti nyata di dunia ini yang menegaskan kalimat tersebut.
Saya akan memberikan sebuah cerita (pengalaman pribadi) tentang Tuhan yang benar-benar memiliki Cinta Kasih Yang Luar Biasa terhadap makhluk ciptaan-Nya. Saat itu keadaan tubuh saya kurang meyakinkan untuk menjalankan UTS, dan akhirnya saya pun tidak mengikuti beberapa mata kuliah yang diujiankan. Dua minggu kemudian kampus saya mengadakan ujian susulan, namun saya telat mendapatkan informasi. Sampai akhirnya h-1 UTS susulan pun tiba, saya mencoba berangkat dari rumah dengan semangat yang luar biasa. Sesaat sebelum pergi menuju kampus, saya hendak mengisi bensin disalah satu pom bensin disekitar rumah, naasnya kopling motor saya putus, namun beruntungnya disekitar pom bensin ada bengkel motor. Mampirlah saya untuk mengganti kabel kopling yang putus, dengan hati yang gelisah karena batas waktu pendaftaran ujian hanya sampai tengah siang, saya kebingungan jika sampai tidak keburu waktu.
15 menit kemudian motor saya pun sudah siap melaju dengan kencang. Sekitar 10 meter setelah motor saya dilajukan, terdengar suara rintik hujan yang semakin kencang, tanpa sadar motor semakin kencang saya kendalikan. Namun hujan benar-benar bertambah sangat besar dan membuat saya harus menghentikan perjalanan. Menunggu hujan reda sambil memikirkan waktu yang semakin dekat, akan tetapi hujan tak kunjung reda. Setelah reda, saya kembali melanjutkan perjalanan menuju kampus dan akhirnya tiba juga saya di kampus tercinta. Namun sialnya fakultas sudah tutup, sudah hampir putus asa dan mengeluh dalam hati (kenapa begitu banyak cobaan ketika hendak saya rajin kuliah)? Sampai akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Sesampainya dirumah, saya kembali melanjutkan pekerjaan saya. Sambil memikirkan apakah esok saya bisa ujian, saya berdoa kecil dalam hati. Malam hari pun tiba, saya tidak hendak istirahat untuk tidur, namun tetap melanjutkan pekerjaan saya, padahal esok hari harus kuliah dan mencoba kembali mendaftarkan ujian susulan. Melanjutkan mengerjakan pekerjaan saya sambil menunggu suara kokok ayam di pagi hari, tak terasa pagi telah menghampiri untuk kembali beraktivitas. Shalat subuh lalu mandi, dan bersiap menjalankan misi hari ini.
Sesampainya di kampus, saya mencoba kembali ke fakultas, namun masih belum buka. Saya menunggu sambil sarapan pagi disebuah warung kopi dekat kampus. Setelah selesai, saya kembali ke fakultas dan coba bicara dengan salah satu staf yang mengurus ujian susulan, akhirnya dengan sedikit bersilat lidah saya mampu mengendalikan keadaan dan diizinkan mengikuti ujian, puji syukur alhamdulillah. Ujian dilaksanakan sesudah shalat jumat, dan saya harus masuk salah satu mata kuliah. Setelah selesai kuliah saya lanjutkan jumatan di mesjid kampus saya. Disana saya berdoa untuk dilancarkan ujjian dan berterima kasih kepada Allah karena saya telah diberikan beberapa kemudahan sebelumnya. Ujian tiba, soal dibagikan lalu saya mengerjakannya dengan mudah, kenapa bisa mudah? Padahal ketika malam hari saya tidak belajar dan menghafal sedikit pun. Apakah ini anugrah, atau sebuah fitrah (saya memang jenius). Tapi bukan, saya termasuk mahasiswa yang kurang (tidak bodoh dan sama sekali tidak pintar), namun ujian susulan berhasil saya lewati karena Dia memang benar nyata adanya didalam hati saya. Terima kasih ibu, terima kasih Tuhan.
Kasih ibu sepanjang masa, tak terhingga sepanjang masa. Ungkapan ini benar-benar nyata terjadi dalam setiap kehidupan manusia, tak bisa kita bayangkan bagaimana beliau mencurahkan seluruh jiwa raganya bagi buah hatinya, tak pernah mengeluh hatinya. Kasih ibu memang sebuah karunia yang sangat luar biasa bagi setiap anak manusia, kasih ibu bisa menjadi sumber kekuatan bagi sang anak, betapa tidak peran ibu untuk menjadikan para manusia baru sangatlah dibutuhkan, dari mulai dalam kandungan hingga dalam liang lahat.
Ini baru kasih dari seorang Ibu kepada anaknya, bagaimana dengan kasih Tuhan YME kepada makhluk ciptaanya? Zat pencipta semesta alam yang tak pernah bisa dibandingkan dengan apapun ini memiliki sumber kasih yang begitu menakjubkan, mencengangkan sekaligus mengharukan. "Tiada Tuhan Selain Allah", sebuah penggalan ayat Al-Quran ini memiliki berjuta makna sekaligus tanda-tanda ke-Esaan-Nya. Dia Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang bukan sekedar hisapan jempol semata, banyak bukti nyata di dunia ini yang menegaskan kalimat tersebut.
Saya akan memberikan sebuah cerita (pengalaman pribadi) tentang Tuhan yang benar-benar memiliki Cinta Kasih Yang Luar Biasa terhadap makhluk ciptaan-Nya. Saat itu keadaan tubuh saya kurang meyakinkan untuk menjalankan UTS, dan akhirnya saya pun tidak mengikuti beberapa mata kuliah yang diujiankan. Dua minggu kemudian kampus saya mengadakan ujian susulan, namun saya telat mendapatkan informasi. Sampai akhirnya h-1 UTS susulan pun tiba, saya mencoba berangkat dari rumah dengan semangat yang luar biasa. Sesaat sebelum pergi menuju kampus, saya hendak mengisi bensin disalah satu pom bensin disekitar rumah, naasnya kopling motor saya putus, namun beruntungnya disekitar pom bensin ada bengkel motor. Mampirlah saya untuk mengganti kabel kopling yang putus, dengan hati yang gelisah karena batas waktu pendaftaran ujian hanya sampai tengah siang, saya kebingungan jika sampai tidak keburu waktu.
15 menit kemudian motor saya pun sudah siap melaju dengan kencang. Sekitar 10 meter setelah motor saya dilajukan, terdengar suara rintik hujan yang semakin kencang, tanpa sadar motor semakin kencang saya kendalikan. Namun hujan benar-benar bertambah sangat besar dan membuat saya harus menghentikan perjalanan. Menunggu hujan reda sambil memikirkan waktu yang semakin dekat, akan tetapi hujan tak kunjung reda. Setelah reda, saya kembali melanjutkan perjalanan menuju kampus dan akhirnya tiba juga saya di kampus tercinta. Namun sialnya fakultas sudah tutup, sudah hampir putus asa dan mengeluh dalam hati (kenapa begitu banyak cobaan ketika hendak saya rajin kuliah)? Sampai akhirnya saya memutuskan untuk pulang ke rumah.
Sesampainya dirumah, saya kembali melanjutkan pekerjaan saya. Sambil memikirkan apakah esok saya bisa ujian, saya berdoa kecil dalam hati. Malam hari pun tiba, saya tidak hendak istirahat untuk tidur, namun tetap melanjutkan pekerjaan saya, padahal esok hari harus kuliah dan mencoba kembali mendaftarkan ujian susulan. Melanjutkan mengerjakan pekerjaan saya sambil menunggu suara kokok ayam di pagi hari, tak terasa pagi telah menghampiri untuk kembali beraktivitas. Shalat subuh lalu mandi, dan bersiap menjalankan misi hari ini.
Sesampainya di kampus, saya mencoba kembali ke fakultas, namun masih belum buka. Saya menunggu sambil sarapan pagi disebuah warung kopi dekat kampus. Setelah selesai, saya kembali ke fakultas dan coba bicara dengan salah satu staf yang mengurus ujian susulan, akhirnya dengan sedikit bersilat lidah saya mampu mengendalikan keadaan dan diizinkan mengikuti ujian, puji syukur alhamdulillah. Ujian dilaksanakan sesudah shalat jumat, dan saya harus masuk salah satu mata kuliah. Setelah selesai kuliah saya lanjutkan jumatan di mesjid kampus saya. Disana saya berdoa untuk dilancarkan ujjian dan berterima kasih kepada Allah karena saya telah diberikan beberapa kemudahan sebelumnya. Ujian tiba, soal dibagikan lalu saya mengerjakannya dengan mudah, kenapa bisa mudah? Padahal ketika malam hari saya tidak belajar dan menghafal sedikit pun. Apakah ini anugrah, atau sebuah fitrah (saya memang jenius). Tapi bukan, saya termasuk mahasiswa yang kurang (tidak bodoh dan sama sekali tidak pintar), namun ujian susulan berhasil saya lewati karena Dia memang benar nyata adanya didalam hati saya. Terima kasih ibu, terima kasih Tuhan.